Check This Out

Check This Out Bro & Sis

Senin, 04 September 2017

Bahan Mudah Terbakar & Meledak

Tentunya rekan-rekan tidak lupa salah satu kasus kebakaran tangki Kilang Pertamina di Cilacap pada tanggal 1 April 2011. Kilang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 350,000 barel/day. sequence of incident dimulai dengan unloading minyak jenis Light Naphta (bahan baku premium yang tergolong ringan & mudah menguap) dari tangki timbun di area terminal yang berjarak 10 km dari kilang. Tangki jenis floating roof  dengan sistem ATG (Automatic Gauging System) untuk mengukur ketinggian tangki dan proses pengisian. Pemompaan berlangsung sejak jam 16.40 sampai dengan 04.25 keesokan harinya, akan tetapi jam 04.30 Terjadi Ledakan.

Data Tangki yang terbakar di unit Refinery Pertamina, Type Floating Roof - Tanki 31T-2, 31T-3 & 31T-7 diameter, Tinggi & Kapasitas berbeda-beda, Semua tangki dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran dan pencegahan pencemaraan baik foam chamber, cooling water & bund wall.

Tangki yang meledak ini adalah tangki dengan serial number 31T-2 Type Floating Roofm Diameter 29.25 meter, Tinggi 21.30 meter dengan Kapasitas 13.369 m3. pada sekeliling atap tangki dilengkapi dengan rim seal dari bahan sintesis yang berfungsi untuk menutup celah antara bagian atap (roof) dengan bagian dinding (shell). 

Analisis Penyebab Kebakaran.
A. Sumber Bahan Bakar
Terjadi kebakaran disebabkan karena adanya hidrokarbon dari tangki yang sedang beroperasi. Uap hidrokarbon disebabkan karena terjadinya luapan atau tumpahan (overfilling) di tangki. sebagai akibatnya minyak mengalir ke atas atap tangki dan sebagian ke luar dan ke dalam bundwall melalui drain pipe dan Slot pada bagian atas atap. karena minyak jenis ini memiliki berat jenis SG 745 kg/m3 atau sedikit lebih ringan dari udara, maka gas akan mengambang di atas permukaan tanah dan menyebar ke area sekitarnya sehingga mencapai unit proses yang sedang ber operasi.

B. Sumber Panas
Sumber Panas yang dapat mengakibatkan terjadinya penyalaan dapat terjadi dari berbagai faktor seperti listrik, Api Terbuka, Percikan Api, Bunga Api, Listrik Statis dan sebagainya salah satu dugaan sumber api berasal dari dapur kilang terdekat karena gas telah menjalar mencapai area dapur kilang

Penyebab Over Filling pada tanki di perkirakan karena kegagalan teknis dari alat pengukur level cairan (ATG) yang sebelumnya sudah terdeteksi dan dalam proses perbaikan.

Banyak Sekali kejadian terkait dengan kebakaran atau ledakan dalam kurun waktu 1972 s/d 2011 Terdapat 53 Kasus dimana 17 Kasus Kebakaran, 4 Kasus Ledakan dan 20 Kasus Ledakan disertai Kebakaran terjadi di dunia salah satunya adalah kebakaran kilang cilacap untuk detail anda dapat searching : www.safetyengineering.com.

Dalam pembahasan APAR telah saya paparkan proses terjadinya kebakaran, untuk mengingatkan kembali bahwa Kebakaran atau api adalah proses reaksi kimia antara baham bakar dengan oksigen dan adanya sumber panas. Penyalaan terjadi jika ada tiga unsur yang disebut segi tiga api (fire triangle) yaitu bahan bakar (fuel), Sumber Panas (heat) dan Oksigen dari Udara (O2) Tanpa adanya ketiga unsur tersebut suatu bahan tidak akan menyala. ada juga yang menggunakan konsep Fire Hexagonal dengan menambah satu unsur ke-4 yaitu chain reaction sebagai syarat keberlangsungan proses kebakaran.

Proses penyalaan suatu bahan bakar ditentukan oleh faktor utama yaitu :
A. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala adalah temperatur terendah dimana suatu bahan mengeluarkan uap yang cukup untuk menyala sesaat jika terdapat sumber panas. Semakin rendah titik nyala maka bahan tersebut semakin mudah terbakar atau nyala. Sebagai contoh : Minyak Tanah mempunyai titik nyala antara 30-70 derajat celcius, Propane - 104  derajat celcius dsb.

B. Batas Nyala (Flammable Range)
Batas nyala adalah konsentrasi atau campuran uap bahan bakar dengan oksigen dari udara. Semakin tinggi Kadar bahan bakar di udara semakin sulit nyala dan sebaliknya jika kadar bahan bakar terlalu kecil juga sulit untuk menyala dan kedua batas ini adalah disebut batas nyala (Flammable Range) dimana batas ini disebut batas nyala bawah (Lower Explosive Limit -LEL) & batas nyala Atas (Upper Explosive Limit -UEL). Nah Batas antara LEL & UEL ini adalah batas dimana proporsi konsentrasi cukup untuk menyala.

Batas Nyala Bawah (Lower Explosive Limit -LEL) adalah batas konsentrasi terendah uap bahan bakar dengan oksigen yang dapat menyala

Batas Nyala Bawah (Upper Explosive Limit -UEL) adalah batas konsentrasi tertinggi uap bahan bakar dengan oksigen yang dapat menyala

Beberapa senyawa tentunya mempunyai perbedaan Flammable Limits (% Vol), Contoh senyawa Hidrokarbon : Methana (CH4) LEL 5.3% UEL 14.0%, Ethana (C2H6) LEL 3.0% UEL 12.5%, Benzena (C6H6) LEL 1.6% UEL 8.0%, Pentana (C5H12) LEL 1.5% UEL 7.8%, Crude Oil LEL 1.0% UEL 10.0%, Gasoline LEL 1.4% UEL 7.6% & Naptha LEL 0.8 % UEL 5.0%.

C. Penyalaan Sendiri (Auto Ignition)
Pada Temperatur tertentu bahan kimia dapat terbakar dengan sendirinya tanpa adanya sumber api (Source of Ignition) Sebagai contoh, jika bahan kimia tumpah mengenai permukaan panas pada mesin atau pipa maka secara langsung akan menyala dengan sendirinya tanpa ada sumber api. contoh Spontaneous Ignition Temperature (SIT) pada senyawa Hidrokarbon  Methana (CH4) SIT 536 derajat celcius, Ethana (C2H6) SIT 514 derajat celcius, Benzena (C6H6) SIT 580 derajat celcius , Pentana (C5H12) SIT 309 derajat celcius, Medium Diesel Oil SIT 338 derajat celcius, Fuel Oil SIT 429 derajat celcius, Pelumas SIT 250-415 derajat celcius.

Klasifikasi Bahan Mudah Terbakar dan Meledak berdasarkan NFPA dikategorikan sebagai berikut :
A. Cairan sangat mudah sekali menyala (Extreme Flammable Liquid) adalah setiap cairan yang memiliki titik nyala (Flash Point) <100 Derajat Fahrenheit (37.8 Derajat Celcius) - disebut juga cairan kelas I,  Bahan kelas I ini dibagi menjadi 3 yaitu kelas IA, IB dan IC sesuai dengan titik didihnya masing-masing.
B. Cairan Mudah Menyala (Highly Flammable) Cairan yang memiliki titik Nyala antara 100 Derajat Fahrenheit (37.8 Derajat Celcius) - 140 Derajat Fahrenheit (60 Derajat Celcius) yang disebut juga produk kelas II
C. Cairan Dapat Menyala (Flammable) Cairan yang memiliki titik Nyala diatas 140 Derajat Fahrenheit (60 Derajat Celcius) yang disebut juga produk kelas III.

Peledakan merupakan proses reaksi kimiawi antara suatu bahan kimia dengan proses oksidasi yang disertai dengan suhu dan tekanan yang tinngi misal bahan mudah meledak dengan oksigen contoh : Methyl Ethyl Keton Peroksida (Peroksida Organik), BBM dengan Ammonium Nitrat, Glyserin dengan KCLO3. Oleh karena itu Penangan, Pengolahan dan pengangkutan harus dilakukan dengan sangat hati-hati, Termasuk dengan bahan pengoksidasi yang dapat mengeluarkan oksigen untuk mendukung proses pembakaran sehingga jika didekatkan dengan mudah meledak akan terjadi reaksi yang disertai dengan ledakan. contoh ; Kalium Chlorat/ Natrium Chlorat/ Amonium Chlorat dicampur atau berdekatan dengan Minyak atau Pelumas akan menimbulkan reaksi ledakan.

Referensi :
Risk Based Process Safety Management;
Chemical Hazards - Dra Fatima Lestari, MSi, PhD

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
Andry Kurniawan, SKM.,MKKK
."Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business",
More info: Andryzsafety@gmail.com, CP : (+62)81219662291
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Check This Out (2)

Check This Out (3)