Check This Out

Check This Out Bro & Sis

Jumat, 26 Februari 2016

LOPA ( Layer of Protection Analysis), Chp 1

LOPA ( Layer of Protection Analysis),
LOPA merupakan sebuah metode yang dikembangkan & disederhanakan dari penilaian risiko dan menyediakan jalan tengah yang tentunya sangat dibutuhkan antara proses analisis bahaya kuantitatif & kualitatif dimana umumnya menggunakan urutan kategori untuk Frequensi Kejadian, Tingkat keparahan Konsekuensi dan kemungkinan kegagalan lapisan perlindungan independen (IPLs) ke perkiraan risiko skenario, analisis ini dibangun di atas informasi yang dikembangkan oleh analisis kualitatif seperti PHA (Process Hazards Analysis). LOPA pada umumnya digunakan pada beberapa industri yang melibatkan berbagai macam proses dan bahan kimia yang mengadopsi filosofi dari Theory Swiss Cheese Models - James Reason, 1990. (Setiap tahapan dalam proses memiliki potensi untuk mengalami kegagalan, analogi yang dikembangkan adalah dengan setumpuk irisan keju swiss dimana mempertimbangkan setiap lubang pada masing-masing irisan sebagai "defensive layers" dalam proses. Kesalahan memungkinkan masalah melewati lubang di satu lapisan, tetapi di lapisan berikutnya lubang berada di tempat yang berbeda dengan variasi dimensi besar yang berbeda. Setiap lapisan adalah pertahanan terhadap potensi kesalahan yang berdampak hasilnya).



Tujuan dari Layer of Protection adalah sebuah upaya untuk menentukan apakah ada lapisan yang cukup untuk perlindungan terhadap sekenario kecelakaan yang mengakibatkan dampak yang luar biasa atau dengan kata lain untuk mengurangi tingkat resiko yang diprediksi untuk muncul dan dapat berpotensi untuk menciptakan suatu kecelakaan yang bersifat katastropik.


Dalam LOP ada 2 hal utama yang perlu diperhatikan, yaitu Initiating Event (pemicu terjadi hazards) dan Indepent Protection Layer (IPL) (safeguard atau dikenal juga dengan "pelindung"). Resiko dari suatu hazard dianalisis mulai dari Initiating Event hingga seberapa besar dampak memberikan probabilitas keparahan pada manusia, property, dan lingkungan. 

LOPA diterapkan setelah konsekuensi yang tidak dapat diterima dan penyebab kredibel ditentukan yang kemudian memberikan urutan besarnya perkiraan risiko dari skenario. Setelah sebab-akibat ditentukan untuk dianalisis, analis dapat menggunakan LOPA untuk menentukan teknik dan administrasi kontrol mana yang memenuhi definisi IPLs, dan kemudian memperkirakan bagaimana penurunan risiko dari scenario kecelakaan tersebut. Hasilnya kemudian dapat diperluas untuk membuat penilaian risiko dan untuk membantu analis memutuskan berapa banyak pengurangan risiko tambahan yang mungkin diperlukan untuk mencapai tingkat risiko yang dapat ditoleransi.

Indepent Protection Layer (IPL) tentunya dianalisis untuk menentukan seberapa besar tingkat kegagalan safeguard yang menjadi Indepent Protection Layer  pada saat menjalankan fungsinya sebagai lapisan pertahanan. Secara fungsi, safeguard yang dipilih sebagai Indepent Protection Layer  harus memiliki kriteria sebagai berikut Spesific, Independent, Dependable, Auditable

Indepent, Efektif dan Auditable Cara kerja Indepent Protection Layer sendiri dapat diilustrasikan sebagai berikut : Tingkat ketidakmampuan Indepent Protection Layer menjalankan fungsinya saat dibutuhkan dikenal dengan istilah Probability Failure on Demand (PFD) merupakan ukuran bagi Indepent Protection Layer, saat Indepent Protection Layer tersebut diaplikasikan sebagai safeguard / pelindung untuk mencegah dan/atau memitigasi resiko yang muncul dari initiating eventTingkat resiko suatu peristiwa yang dianalisis pada akhirnya merupakan perpaduan dari Initiating Event, Probability of Consequences, dan  Indepent Protection Layer

Bersambung pada pembahasan ke 2

Referensi :
https://www.youtube.com/watch?v=PF92NT-a338
https://www.youtube.com/watch?v=-FBiFbJsjFg
https://www.facebook.com/roslinormansyah.ridwan?fref=ts
http://www.aiche.org/academy/courses/ela109/layer-protection-analysis-lopa

Semoga Bermanfaat & Terima KasihAndry Kurniawan Amd SKM MKKK "Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", More information: Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com/andry.kurniawan@halliburton.comCP : (+62)81219662291Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme

Bagaimana membangun leadership K3

Sebuah paparan ringan tentang membangun Leadership K3 yang cukup menarik yang saya sengaja sadur dari Senior & Guru Besar - Praktisi OHS : Bpk Roslinormansyah Ridwan

Bagaimana membangun leadership K3
Persoalan terbesar dalam penerapan K3 di tempat kerja sebenarnya bukanlah masalah finansial tapi pada masalah kemampuan sumber daya manusia yang ada di lingkungan tempat kerja tersebut.Kenapa demikian ? Karena memang peran SDM selalu muncul dalam setiap insiden, entah itu peran langsung ataupun peran tak langsung.
Ada beberapa teori yang mengaitkan kemampuan ini dengan daya leadership dalam diri seseorang. Tapi disini penulis tidak menguraikan hal tersebut namun yang ingin ditekankan penulis adalah bagaimana membangkitkan daya leadership tersebut terutama untuk menciptakan lingkungan kerja yang minim resiko.
Scott Geller dalam bukunya "The Psychology of Safety Handbook" mengatakan bahwa risiko terbesar K3 dalam suatu lingkungan kerja adalah ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri untuk mencapai prinsip-prinsip K3. Kata kunci disini adalah ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri dan prinsip-prinsip K3.
Ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri menurut Schein - Organizational Culture and Leadership  dimaksud adalah sebagai belum berkembangnya daya leadership seseorang menurut pola yang telah disusun, diatur, dan dijalankan oleh organisasi agar diikuti oleh seluruh anggotanya. Sementara prinsip-prinsip K3 bila dijabarkan menurut Frank Bird - Practical Loss Control Leadership - dimaksud sebagai pelaksanaan semua daya manusia untuk menghindarkan segala hal dari semua bentuk kerugian yang ada.
Ada benang merah yang menarik antara pandangan Geller, Schein, dan Bird yaitu tentang adanya Pattern (Pola), Habitualization (Pembiasaan) & Measurement (Pengukuran) :
  1. Pattern (Pola), Pola merupakan hal mendasar dan kritikal dalam membangun daya leadership manusia. Setiap manusia sejatinya memiliki daya leadership ini namun bila manusia tersebut diberikan suatu model pola tertentu maka daya leadership yang muncul juga akan mengikuti pola tersebut. Pola kerap membangun persepsi lewat sistem kognitif manusia. Sebagai contoh : lampu lalu lintas yang hanya memberikan 3 pola (dalam hal ini dapat diartikan sbg jenis warna (warna merah, warna kuning, dan warna hijau) kepada kognisi untuk membangun persepsi pengendara kendaraan. Daya leadership pengendara (dari persepsinya sendiri) muncul merespon pola tersebut dengan cara menghentikan laju atau malah melajukan laju kendaraannya. Persepsinya akan memberikan gambaran hasil positif dan negatif atas respon dari leadership yang muncul tsb.Dalam organisasi, salah satu pola yang dikembangkan adalah siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) ada juga pola yang dikembangkan misalnya just culture (suatu pola yg menekankan aspek reporting hazard dan incident). Pola PDCA akan mengarahkan persepsi guna memicu daya leadership untuk melakukan perencaan dulu dalam kegiatan apapun terkait dengan K3(Plan), selanjutnya persepsi akan meminta daya leadersip untuk menjelaskan perencanaan itu kepada semua pihak dan menjalankan bersama semua pihak tersebut (Do), Check akan mendorong persepsi untuk menjalankan daya leadership melakukan pengawasan, dan Action akan menekan persepsi supaya daya leadership bertanggungjawab untuk melakukan evaluasi dan menentukan langkah perbaikan jika ada penyimpangan. Jadi jelas bahwa Pattern sangat menentukan persepsi dan persepsi akan membangkitkan daya leadership.Bagaimana organisasi melakukan pembiasaan tersebut adalah melalui penciptaan rules, norm, dan mechanism. Rules akan membuat daya leadership setiap karyawan terpicu untuk mengikuti apa yg telah organisasi tetapkan dan itu dibiasakan untuk dipatuhi setiap mereka datang ke organisasi tersebut. Sementara norm dan mechanism, membentuk persepsi DO dan DON'T yang pada akhirnya akan membawa daya leadership untuk menjalankan DO dan menghindari DON'T.
  2. Habitualization (Pembiasaan), Pembiasaan merupakan langkah kunci untuk membentuk leadership. Ivan Pavlov membuktikan lewat percobaannya bahwa dengan pembiasaan yang terpola (lagi-lagi Pola yang dikedepankan) maka akan menciptakan perilaku yang tepat. Perilaku adalah salah satu aspek leadership yang tampak dan terukur.
  3. Measurement (Pengukuran), Leadership has always a weakness without any measurement this kind of leadership will lead to disaster incident - Prof Andrew Hopkins dalam bukunya Disastrous Decisions. Daya leadership seseorang merupakan hal yang bisa diukur, terutama pada sisi sikap dan perilakunya. Pengukuran terhadap yang paling sederhana adalah menggunakan pendekatan "Write what you do and Do what you write". Pendekatan ini terasa sederhana sekali namun hampir semua perusahaan tidak ada yang mampu mencapai 100% mengenai hal tersebut. Bahkan yang terkadang yang fatal adalah apa yang tertulis justru itulah yang dilanggar sementara apa yang tidak tertulis itulah yang dijalankan. Kalau yang tidak tertulis kerap dijalankan maka sesungguhnya daya leadership orang tersebut sedang menyiapkan bencana besar sebab perilaku dan sikap tidak bisa diukur dan bila perilaku dan sikap tersebut tidak bisa diukur maka jangan pernah berharap ada perbaikan (improvement) yang terjadi. Dan ini sesuai dengan quote Prof Hopkins tersebut.
Sebenarnya dimensi membangkit dimensi daya leadership banyak aspeknya namun untuk kali ini penulis hanya memaparkan 3 hal yang penting berdasarkan pandangan ilmiah 3 orang tersebut.


Referensi :
https://www.facebook.com/roslinormansyah.ridwan/posts/10206059176899741

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
Andry Kurniawan Amd SKM (MKKK) "Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More information : Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com/andry.kurniawan@halliburton.com
CP : (+62)81219662291
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme

PPE (Head Protection)

Kepala merupakan bagian dari organ tubuh yang sangat vital, maka sudah seharusnya kepala harus dilindungi saat bekerja di wilayah kerja/ tempat kerja (Lihat definisi tempat kerja pada pasal 1 di UU No1 Tahun 1997). untuk melindungi kepala dari bahaya atau resiko yang dapat timbul maka dibutuhkan alat pelindung diri berupa pelindung kepala atau yang biasa disebut dengan Industrial Safety Head atau umumnya  Safety Helmet. 

Pembahasan kali ini adalah mengenai standar yang di jadikan acuan oleh beberapa perusahaan yang bergerak di bidang oil & gas dan sektor pertambangan yang menggunakan referensi American National Standars Institutes (ANSI), dimana pertama kali mengacu kepada standar ANSI Z89.1 -1969 : Safety requirements industrial head protection , CFR Section : 29 CFR 1926.100(b), tentunya standar ini mengalami beberapa perubahan tetapi tidak significant pada point-point tertentu, 

Refer kepada  standar ANSI Z89.1-2009, 
Protective helmets diklasifikasikan menjadi dua type yaitu impact type & electrical class antara lain adalah:

Impact Type :
Type 1 : untuk mengurangi dampak kekuatan yang dihasilkan dari pukulan hanya untuk bagian atas kepala.
Type 2 : untuk mengurangi kekuatan dampak yang dihasilkan dari pukulan ke atas atau sisi kepala.

Electrical clasess
  • Kelas E (Electrical) dimaksudkan untuk mengurangi bahaya kontak dengan konduktor tegangan tinggi. sampel uji adalah bukti-diuji pada 20.000V AC (fase ke tanah), 60 Hertz selama 3 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 9 mill ampere tegangan ini tidak dimaksudkan sebagai indikasi tegangan di mana helm melindungi pemakainya, di 30,000 Volts sampel uji tidak terbakar
  • Kelas G (General) untuk mengurangi resiko bahaya dari voltase tinggi dengan tegangan 2.200 Volt. Test dengan tegangan 2200V ,AC, 60 Hertz selama 1 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 3 millamperes
  • Kelas C (Conductive) untuk safety head yang tidak dapat digunakan melindungi dari bahaya kelistrikan
Sedangkan menurut ANSI Z89.1 2009 Terdapat pula kelas A untuk limited voltage protection, kelas C untuk no voltage protection, kelas D untuk limited voltage protection, untuk fire fighter service

Persyaratan Performance :
  • Tahan Api, Untuk Kelas A helm, ketika diuji sesuai dengan metode yang ditentukan, bagian tertipis dari shell harus membakar tidak lebih dari 3 inci per menit. Untuk Kelas D helm bagian tertipis dari shell akan padam sendiri ketika diuji sesuai dengan ASTM D635-68. Tes ini tidak berlaku untuk kelas C.
  • Force Transmission. helm akan mengirimkan kekuatan rata-rata tidak lebih. dari 3780 N (850 pound) / 385 kg. dan spesimen individu tidak akan mengirimkan kekuatan lebih dari 4450 N (1000 pound)/  453 Kg.
  • Tahan terhadap tegangan, dengan klasifikasi seperti yang telah disebutkan diatas dan pengujian yang telah ditetapkan. Kecuali kelas C
  • Tahan tekanan, dengan rangkaian test tertentu helm kelas A dan D tidak menusuk lebih dari 3/8 inch, dan untuk kelas C menusuk tidak lebih dari 7/16 inch.
  • Berat safety helmet termasuk dengan Suspension dan headband (bagian dalam helm/ikat kepala) untuk kelas C tidak lebih dari 15 ons dan unutk kelas D tidak lebih dari 30ons.
  • Penyerapan air tidak lebih dari 5% menyerap air
  • Chin tali harus dibuat dari bahan yang cocok tidak kurang dari 12,7 mm (0,50 di.) lebarnya. Tipe II helm yang disediakan dengan dagu tali harus diuji untuk retensi di sesuai dengan Pasal 9.6. Untuk setiap kondisi yang ditentukan, tali dagu harus tetap utuh. Sisa pemanjangan tali tidak akan melebihi 25 mm (1,0 in.).
Product Head Protection seharusnya memberikan informasi tentang pabrikan, tanggal dibuat, design ANSI dan ukuran produk tersebut. Selain itu juga memuat instruksi atau petunjuk dari pabrikan, penggunaan, perawatan, dan instruksi lainnya.

Manfaat dari pelindung kepala, antara lain adalah melindungi dari benturan, dari benda jatuh, dari sengatan listrik (kelas tertentu), dari bahan/zat kimia,dari percikan api

Referensi :
https://ipro358.files.wordpress.com/2014/05/final-z89-standard-2009-v1.pdf

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
Andry Kurniawan Amd SKM (MKKK) "Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More information : Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com/andry.kurniawan@halliburton.com
CP : (+62)81219662291
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme

Check This Out (2)

Check This Out (3)