Check This Out

Check This Out Bro & Sis

Rabu, 24 Oktober 2018

Regulasi Pengelolaan Lingkungan Kerja Pertambangan di Indonesia

Klick Link dibawah ini
IIHA Secretariat
Building C, 1st Floor, Occupational Health and Safety Department

Faculty of Public Health, Universitas Indonesia,  
Depok, West Java, Indonesia 16424
p: +62 21 788 490 33+62 21 786 348 7


Thank you in advance for your kind attention
if any comment are welcome &
If you need details information don’t hesitate to call me.

Dont Forget to follow my Blog & Subscribe, Please :-)

Have a safe day's & keep working safely.

Best Regards,
Andry Kurniawan, SKM.,MKKK.

"Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More info: Andryzsafety@gmail.com CP : (+62)812-1966-2291.
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme.

Tata Kelola Minerba: Tuntaskan Mandat Konstitusi, Dongkrak Penerimaan Negara

Tim Komunikasi ESDM,  Rabu, 22 Agustus 2018

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berusaha sekuat tenaga mengawal kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara (minerba) di Indonesia agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. 
Hal ini tercermin dari beberapa capaian subsektor minerba yang ditorehkan Pemerintah sepanjang enam bulan pertama di tahun 2018, meliputi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), penyelesaian amandemen Kontrak PKP2B, penataan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Clear and Clean (CnC), reklamasi lahan bekas tambang, pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) hingga tercapainya kesepakatan divestasi saham 51% antara Pemerintah dengan PT Freeport Indonesia (PTFI).
Di tahun 2018 ini, beberapa regulasi pun kembali lahir demi memastikan kebijakan hilirisasi minerba berjalan. Sebagian regulasi tersebut berupa lahirnya beberapa Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM sebagai petunjuk teknis atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Di samping itu, Pemerintah juga menekan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2018, hasil revisi PP Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Terkait amandemen kontrak, baik itu Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) maupun Kontrak Karya (KK), Kementerian ESDM telah melakukan amandemen terhadap 18 PKP2B dan 8 KK dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Tercatat, sudah ada 68 PKP2B dan 29 KK yang sudah teramandemen kontraknya sejak 2014.
Kementerian ESDM juga terus melakukan penataan Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam dari subsektor minerba. Saat ini, sebanyak 6.524 IUP dari 8.100 jumlah IUP telah berstatus CnC dalam perizinan maupun status lahan.
Demi menjamin kebutuhan domestik, produksi batubara masih relatif stabil. Sampai dengan Semester I 2018, produksi batubara mencapai 174 juta ton. Jumlah tersebut masih bisa menjamin pasokan kebutuhan energi primer dalam negeri, terutama bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang yang sudah termanfaatkan sebesar 53 juta ton.
Selain itu, saat ini telah beroperasi dua tambahan unit smelter untuk meningkatkan nilai tambah mineral. Dengan tambahan ini, total sudah ada 27 unit smelter beroperasi sejak tahun 2014 demi membuktikan komitmen perusahaan tambang minerba terhadap pembangunan smelter dan memberikan multiplier effect yang lebih besar bagi masyarakat.
PNPB sektor Minerba sendiri menyumbang Rp20,1 triliun atau 63% dari target APBN 2018 (Rp 32,1 triliun). Besaran jumlah tersebut tak lepas dari meningkatkannya harga komoditas terutama batubara. Adapun komposisi penerimaan minerba pada semester I 2018 ini terdiri dari royalti Rp12,1 triliun, iuran tetap Rp0,26 triliun dan penjualan hasil tambang sebesar Rp7,7 triliun.
Selain itu, saat ini telah beroperasi dua tambahan unit smelter untuk meningkatkan nilai tambah mineral. Dengan tambahan ini, total sudah ada 27 unit smelter beroperasi sejak tahun 2014 demi membuktikan komitmen perusahaan tambang minerba terhadap pembangunan smelter dan memberikan multiplier effect yang lebih besar bagi masyarakat.
PNPB sektor Minerba sendiri menyumbang Rp20,1 triliun atau 63% dari target APBN 2018 (Rp 32,1 triliun). Besaran jumlah tersebut tak lepas dari meningkatkannya harga komoditas terutama batubara. Adapun komposisi penerimaan minerba pada semester I 2018 ini terdiri dari royalti Rp12,1 triliun, iuran tetap Rp0,26 triliun dan penjualan hasil tambang sebesar Rp7,7 triliun.
Dari semua capian tersebut, yang paling membanggakan adalah tuntasnya perundingan Pemerintah dengan PT Freeport Indonesia yang ditandai dengan kesepakatan divestasi saham 51 persen melalui penandatanganan Head of Agreement (HOA) antara PT Inalum dengan PTFI pada tanggal 12 Juli 2018.
Penulis: Naufal Azizi
Komentar :
Akhirnya Negoisasi Antara Pemerintah & Freeport telah mencapai kata sepakat, dimana kesepakatan ini tentunya mencakup divestasi saham 51% melalui penandatanganan Head of Agreement (HOA) antara PT Inalum dengan PTFI pada tanggal 12 Juli 2018 dan 2 diantaranya yang tak kalah lebih penting adalah pembangunan Smelter dalam kurun waktu 5 tahun dan penerimaan negara jauh lebih besar dari kontrak karya menjadi IUPK  dengan kesepaktan ini maka perpanjangan masa operasi 10 tahun hingga 2031 dan 10 tahun berikutnya di tahun 2041 jika memenuhi persyaratan.
Secara ringkas 
1. Landasan hukum PTFI Berubah menjadi IUPK
2. Divestasi Saham PTFI 51% untuk kepemilikan Indonesia
3. PTFI Membangun Fasilitas Smelter dalam kurun waktu 5 tahun atau selambat-lambatnya selesai pada october 2022 kecuali terdapat kondisi force major/kejadian luar biasa yang tidak dapat dihindarkan
4. Penerimaan negara lebihi besar dan  jaminan fiskal bagi PTFI
5. Perpanjangan Operasi Maksimal 2 x 10 tahun sampai 2041 bagi PTFI
Tentunya hal ini akan meningkatkan pendapatan negara dari kewajiban PTFI yaitu dari royalti dan pajak IUPK (Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan nilai, PBB dan Pajak Daerah)
Kepentingan Nasional tentunya harus dijadikan main purpose dalam kebijakan investasi asing dan faktanya Indonesia hari ini masih memerlukan manfaat investasi asing. Indoesia harus mulai menerapkan prinsip resources nationalism guna mempersempit ruang gerak investasi asing di sektor pertambangan mineral, minyak dan gas bumi apalagi tekanan politik di indonesia dan munculnya ideologi tertentu akan berpengaruh pada perkembangan indonesia.
Walaupun sampai sekarang nampaknya belum ada pembayaran yang dilakukan PT. Inalum sebagai wakil dari pemerintah dalam pembelian 51% saham Freeport atau sekitar 57 triliun, sehingga menjadi pemegang saham mayoritas. mudahan proses ini cepat selesai terutama masalah Kerusakan Lingkungan yang terdampak akibat operasional yang dilakukan oleh PT. Freeport dibumi cendrawasih.

PT. Freeport sendiri diminta oleh PT. Inalum untuk menyelesaikan masalah Kerusakan lingkungan ini, BPK sendiri menilai terdapat kerusakan ekosistem yang diakibatkan sekitar 13,59 milliar US Dollar coba kita bandingkan dengan nilai divestasi PT Freeport mana yang jauh lebih besar.

Antara Kewajiban VS Nilai Divestasi PT. Freeport ? 
Hanya Pemerintah yang tau....


Thank you in advance for your kind attention
if any comment are welcome &
If you need details information don’t hesitate to call me.

Dont Forget to follow my Blog & Subscribe, Please :-)

Have a safe day's & keep working safely.

Best Regards,
Andry Kurniawan, SKM.,MKKK.

"Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More info: Andryzsafety@gmail.com CP : (+62)812-1966-2291.
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme.

Sistem Manajemen K3 - Perusahaan yang Wajib SMK3


UU No 13 Tahun 2003 Ttg Ketenagakerjaan, 

Paragraf 5; Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 

 


Pasal 86,

Ayat 1 Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral & Kesusilaan; & Perlakuan yang sesuai dgn harkat & martabat serta nilai-nilai agama.
 
Ayat 2 Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.   

Ayat 3 Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Pasal 87, 

Ayat 1 Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan   kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.  



Ayat 2 Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 



Berangkat dari Pasal 86 sesuai dengan ayat 1 maka Negara Menjamin kepada setiap  tenaga untuk mendapatkan perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Clear).



Untuk itu, dalam rangka melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, diselenggarakan upaya K3 di lingkungan kerja. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi



Upaya K3 tersebut kemudian dioptimalkan melalui sebuah sistem manajemen K3 (SMK3) yang kemudian setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan   kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan sesuai Pasal 87 ayat (1) UU No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan & Penerapan SMK3 yang dimaksud diatur dengan Peraturan Pemerintah yaitu PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan sistem manajemen K3.



sistem manajemen K3 yang selanjutnya disebut dengan SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.


Seputar SMK3 PP 50 Tahun 2012:

Garis besar 6 BAB, 6 Bagian, 22 Pasal, 3 Lampiran (Lampiran I, Lampiran II & Lampiran III) & 2 Tabel (Tabel I & Tabel II)


1. Penerapan SMK3 bertujuan untuk (Pasal 2)

  • Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
  • Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
  • Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
2. Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3 & tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II & Lampiran III (Pasal 3) yang kemudian digunakan sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3 (Pasal 4)

3.Pasal 5 Ayat (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya, Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat ini berlaku bagi perusahaan:
  • Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
  • Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
  • Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar internasional
Tingkat Potensi Bahaya Tinggi lihat di penjelasan Pasal 5, Yang dimaksud dengan “tingkat potensi bahaya tinggi” adalah perusahaan yang memiliki potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa manusia, terganggunya proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja. Jadi Titik Beratnya ada diperusahaan dimana pasal 16 ayat (2) menyebutkan bahwa untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perusahaan yang dimaksud ini ada di penjelasan pasal 16 yaitu yang dimaksud dengan perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi antara lain perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, minyak dan gas bumi

Lalu bagaimana dengan perusahaan dari sektor / bidang lain seperti konstruksi? Baik pada pasal 5 (ayat 3) ketentuan lain kategori “tingkat potensi bahaya tinggi” tentunya harus berdasar pada penilaian penerapan SMK3 yang kemudian diatur didalam Permenaker RI No 26 Tahun 2014 tentang Penyelengaraan Penilaian Penerapan SMK3 dimana pada pasal 3 ayat (2) disebutkan Penilaian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu melalui Audit Eksternal  SMK3 oleh Lembaga Audit  SMK3 yang ditunjuk oleh Menteri dilakukan terhadap :
  • Perusahaan yang secara sukarela mengajukan permohonan Audit SMK
  • Perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi antara lain perusahaan  yangbergerak di bidang pertambangan, minyak dan gas bumi
  • Perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi, Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat ini berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian di perusahaan oleh pengawas ketenagakerjaan

Adapun, perusahaan yang mempunyai tingkat resiko tinggi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan tersebut telah diatur pula dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yaitu tempat kerja yang : 
  • Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan
  • Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan barang yang: dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, menimbulkan infeksi, beracun, bersuhu tinggi;  
  • Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan 
  • Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan; 
  • Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;
  • Dilakukan penyelamatan, pengambilan benda & pekerjaan lain di dalam air;  
  • Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;  
  • Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah; 
  • Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;  
  • Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;  
  • Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran; 
  • Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah; Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;  
  • Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;  
  • Dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;  
  • Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
Sesuai dengan Pertanyaan diatas maka Perusahaan yang Wajib SMK3 adalah perusahaan yang :
  1. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau 
  2. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
  3. Perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi, Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat ini berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian di perusahaan oleh pengawas ketenagakerjaan
Terima Kasih atas perhatiannya mohon bantuannya ych untuk 
follow my Blog & Subscribe, Please :-) Berbagi itu indah...
Referensi :
 

Best Regards,
Andry Kurniawan, SKM.,MKKK.
"Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More info: Andryzsafety@gmail.com CP : (+62)812-1966-2291.
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme.

Check This Out (2)

Check This Out (3)