Check This Out

Check This Out Bro & Sis

Kamis, 09 Juni 2016

Pajanan Bahaya Fisik & Pajanan Debu Batubara

Mengenal tentang Pajanan Bahaya Fisik
Chap -1 ( Noise & Getaran)
A. Bising (noise)
  1. Bising (noise) adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat menggangu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian);
  2. Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Pajanan bising secara terus menerus dapat mengakibatkan gangguan pendengaran permanen dan ketulian akibat bising (noise induced hearing loss atau NIHL)
Health effects:Efek terhadap pendengaran (Efek Auditoris) :Efek Akut & Efek Kronis (Hughes P & Ferret E, 2009).
  • Temporary Threshold Shift  (TTS): Pergeseran ambang dengar sementara & Terjadi ketulian ringan dimana hal ini dapat hilang jika sumber bising dihilangkan
  • Tinnitus : Telinga berdenging karena stimulasi berlebih pada sel rambut;
  • Acute acoustic trauma, Sasaran: gendang telinga dan terjadi akibat bising yg sangat keras, contoh: ledakan.
Efek Kronis :
  • Acute acoustic trauma, Sasaran: Noise-induced Hearing Loss (NIHL): Akibat kerusakan permanen pada sel rambut
  • Permanent Threshold Shift: Pergeseran ambang dengar permanen & Paling terlihat pada frekuensi 4000Hz.
  • Tinnitus : gejala sama dengan tinnitus akut, namun ia bersifat tetap/permanen.
Efek terhadap pendengaran (Efek Non Auditoris)
  1. Gangguan tidur (sleep disturbances)
  2. Kenaikan tekanan darah
  3. Gangguan komunikasi verbal (background noise)
  4. Seseorang yg mengalami gangguan pendengaran akan cenderung mengisolasi diri dari kehidupan sosial
NAB : Health --- 8 Jam - 85 dBA, 4 jam - 88 dBA, 2 jam - 91 dBA, 1 jam -  94 dBA- Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja, Untuk Environmental : Minister of Environment Decree No. 48 Year 1996 regarding Noise Standard. Pengendalian :Elemen pengendaian kebisingan yaitu: Mengendalikan pada sumber bising, Meredam bising pada jalur transmisi dan Perlindungan terhadap penerima bising.
  1. Pengendalian Bising Pada Jalur Transmisi : Mengurangi kecepatan mesin, mengisolasi benda yang bergetar yang dapat menghasilkan bising, Menggunakan Lapisan peredam bising, Enclosure(menutup sumber bising), Mengurangi tekanan pada pipa-pipa gas untuk mengurangi turbulensi.
  2. Enclosure (menutup) sekitar sumber bising : Engineering dengan Melakukan maintenance,  Lubrikasi, Substitusi mesin (misal mengganti gear dengan belt conveyor yg lebih rendah bisingnya), Substitusi proses, Hindari meletakkan mesin di tempat yg dapat memantulkan bunyi (misal di sudut ruangan, dekat dinding) dan Menggunakan penyerap bunyi pada dinding dan langit-langit.
  3. Penggunaan HPD ( Hearing Protection Devices) : Earplugs & Earmuffs
 B. Getaran (Vibration)Getaran (Vibration) terjadi bila terdapat energi mekanis yang berasal dari getaran suatu benda yang ditransmisikan kepada suatu object.Dalam kesehatan kerja, getaran dibagi menjadi 2 yaitu :
  1. Getaran pada tangan dan lengan (Hand and Arm Vibration) : bersumber dari peralatan yang dipegang/disentuh oleh tangan dan merupakan jenis dari Reynaud's Syndrome.
  2. Getaran pada seluruh tubuh (Whole-body Vibration) : Pajanan getaran pada seluruh tubuh biasanya disebabkan oleh mesin industri, konstruksi, pertanian dan transportasi
Efek Whole Body VibrationMotion sickness, Gangguan keseimbangan akibat kegagalan sistem vestibular pada telinga, Gangguan keseimbangan akibat kegagalan sistem vestibular pada telinga, Kerusakan sendi dan tulang, terutama pada tulang belakang bagian bawah,Variasi dalam tekanan darah yg dapat mengarah ke gangguan jantung, Fatigue (kelelahan) & kehilangan selera makan Efek Hand and Arm VibrationRaynaud’s syndrome (Vibration White Finger/ VWF), Kerusakan sendi & tulang pada pergelangan tangan dan/atau siku, Degenerasi saraf dan pembuluh darah (berkurang/hilangnya indera peraba dan perasa dan Berkurangnya kekuatan menggenggam (losing grip strength)), Atopi otot & radang otot (tenosyvitis), Kerusakan sendi & tulang pada pergelangan tangan dan/atau siku, Kista pada tulang jari dan pergelangan tangan, Dekalsifikasi carpal tunnel NAB : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja & TLV-ACGIH 2010, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Pengendalian :Whole Body Vibration
  • Perbaikan dan pemeliharaan  jalan dan memastikan permukaan jalan rata dan halus untuk mencegah goncangan
  • Memperbaiki sistem suspensi kendaraan untuk meredam goncangan
  • Operator terisolasi dari frame mesin untuk mengurangi pajanan vibrasi
  • Memperbaiki dudukan dengan yang berbantalan empuk untuk meredam getara
  • Training dan prosedur (misal kecepatan mengemudi harus rendah, rotasi pekerja
Pengendalian :Hand and Arm Vibration
  • Engineering control: Meminimalisir penggunaan hand tools & Membeli alat yg menghasilkan getaran serendah mungkin
  • Work practices: Alat yg menghasilkan getaran, dilakukan maintenance sesuai dengan rekomendasi pabrik, Istirahat seterlah beberapa jam dari pajanan terus-menerus membantu untuk mengurangi HAV sindrom, Genggam alat selonggar mungkin, jangan menggenggam akat terlalu kuat, Menggunakan sarung tangan untuk meredam getaran.
Bersambung...Lanjutan Pajanan Bahaya Fisik & Pajanan Debu Batubara. Semoga Bermanfaat & Terima KasihAndry Kurniawan, SKM.,MKKK."Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business",More info: Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com, CP : (+62)81219662291Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme









Efek Akut:


Pelindung Mata dan Wajah / Eye and Face Protection

OSHA dalam sebuah paparannya menyebutkan bahwa ribuan orang buta setiap tahun dari cedera mata yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat dicegah dengan seleksi yang tepat dan penggunaan pelindung mata dan wajah dimana lebih dari $ 300,000,000 per tahun kompensasi biaya cidera mata harus dibayarkan baik biaya pengobatan & kompensasi pekerja

NIOSH Setiap hari sekitar 2000 pekerja AS memiliki cedera mata yang berhubungan dengan pekerjaan yang membutuhkan perawatan medis. Sekitar sepertiga dari cedera dirawat di bagian gawat darurat rumah sakit dan lebih dari 100 cedera ini menghasilkan satu atau lebih hari kerja hilang. Mayoritas cidera dihasilkan dari partikel kecil atau striking objects atau abrading the eyes, Contohnya termasuk irisan logam, kayu, debu, dansemen yang dikeluarkan oleh alat, ditiup angin, atau jatuh dari atas ketinggian. Beberapa benda-benda, seperti paku, staples, irisan kayu atau logam menembus bola mata dan mengakibatkan kerugian permanen pada penglihatan dan menyebabkan kekuatan trauma tumpul ke bola mata serta percikan bahan kimia yang kemudian mengenai mata, radiasi UV pada pengelasan yang terpapar secara terus menerus hingga merusak jaringan pada mata pekerja. info lengkap silahkan baca : NIOSH - Eye Safety.

Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek serta memiliki sensitifitas tinggi terhadap abrasi dan kontak dengan zat-zat asing, sehingga perlu langkah yang tepat untuk memastikan keamanan dari mata terhadap risiko cidera pada mata dalam jangka waktu panjang dan hilangnya penglihatan secara total.

Potensi bahaya yang mengakibatkan cedera mata bisa ditemukan di hampir semua sektor industri. Data dari Labor Department's Bureau of Labor Statistics (BLS) melaporkan, lebih dari 40% cedera mata dialami oleh pekerja di industri galangan kapal, pengrajin kayu, pekerja jasa perbaikan, dan operator mesin penggiling. Hampir 50 %  pekerja di bidang manufaktur juga mengalami cedera mata dan 20% lainnya terjadi pada sektor konstruksi.
beberapa laporan statistik dan analisa dari beberapa kasus kecelakaan terkait dengan mata & wajah hampir rata-rata causal factor-nya disebabkan oleh tidak menggunakan alat pelindung tersebut & menggunakan dengan cara yang tidak tepat sebagaimana peruntukannya.

Refer to UU No 1 Tahun  1970 Bab X Kewajiban Pengurus Pasal 14 ayat 2 & 3 dimana intinya adalah perusahaan wajib untuk memastikan Alat Pelindung mata & wajah tersedia dan memasang rambu keselamatan sesuai dengan potensi risiko dan bahaya yang terdapat pada masing-masing area kerja hal ini juga diberlakukan oleh OSHA (Occupational Safety and Health Administration) dimana mewajibkan perusahaan wajib untuk menjamin keselamatan pekerjanya dengan melakukan tindakan preventive yang berguna untuk melindungi para pekerja dari risko paparan bahaya khususnya seperti partikel berterbangan, bahan kimia cair, logam cair, bahan kimia asam atau basa, bahan kimia menguap dan gas serta radiasi cahaya.

Beberapa Referensi untuk penggunaan pelindung mata dan wajah
diantaranya adalah :

  1. American National Standards Institute (ANSI) Mengeluarkan produk ANSI/ISEA Z87.1-2015 Versi terbaru dari pengembangan Z87.1-1989, Z87.1-2003 & Z87.1-2010
  2. OSHA - eye and face protection 29 CFR 1.910.132, 133, 153 & 102
Sedikit catatan bahwa:
Standard ini dikembangkan oleh Z87 Committee on safety eye and fae protection, yang kemudian dikelola oleh International Safety Equipment Association (ISEA) & Kemudian di approved by ANSI, dan ini dimasukkan kedalam peraturan OSHA terkait alat pelindung mata dan wajah lihat di 1910.133(b) Criteria for protective eye and face protection

Pedoman alat pelindung mata dan wajah, meliputi safety glasses/ goggles, face shield and welding helmet. Standar ini harus dievaluasi & diperbaharui secara berkala dengan memperhitungkan perbaikan pada beberapa aspek seperti teknologi, metode pengujian, bahan, kebutuhan pekerja, dan tren saat ini dalam penggunaan dan penerapan produk.

ANSI/ISEA Z87.1-2015 Concern Focus-nya adalah
kemampuan alat pelindung mata dan wajah untuk menahan dampak bahaya dan memaksimalkan tingkat perlindungan pada welding helmets termasuk mengatur masalah desain, spesifikasi kemampuan alat pelindung, product marking. 

The ANSI/ISEA Z87.1 standard and OSHA – why the standard is important 

  1. OSHA mengadopsi standar ANSI
  2. OSHA saat ini telah mengadopsi 3 versi dari ANSI/ISEA Z87.1 sebagai pemenuhan persyaratan peraturan : Z87.1-2003, Z87.1-1989 (R- 1998) &  Z87.1-2010, OSHA sendiri telah mengeluarkan pemberitahuan pembuatan peraturan yang diusulkan pada 13 Maret 2015 bahwa mereka berniat untuk mengubah peraturan untuk menggabungkan dengan referensi tiga versi terbaru dari ANSI untuk standar terbaru, tetapi pembuatan peraturan yang diusulkan masih dikaji oleh badan; tidak ada peraturan akhir ini telah diterbitkan pada saat penulisan ini.
Update ANSI/ISEA Z87.1-2015 :

  1. Addresses protectors known as “magnifiers” and “readers.”
  2. Minimum ketebalan lensa untuk perlindungan dampak bahaya adalah 2.0 mm dan maksimum tidak ada batasannya, berbeda dengan versi sebelumnya dimana lensa pada ala pelindung dikatakan lulus uji lab atau LMQ (Lens Material Qualification) jika ketebalan sudah memenuhi syarat di 2.0 - 2.2 mm.
  3. Tidak ada persyaratan ketebalan minimum untuk non prescription protectors yang telah lulus persyaratan untuk penilaian dampak pelindung
  4. Pegujian drop ball tidak dilakukan pada alat pelindung yang telah lulus uji dan memenuhi kriteria pada penilaian dampak pelindung

ANSI/ISEA Z87.1-2015 juga mencakup informasi mengenai panduan memilih alat pelindung mata dan wajah yang sesuai dengan potensi bahaya yang berada di area kerja. Dengan pembaharuan standar ini, diharapkan para pekerja mendapatkan perlindungan lebih maksimal setelah menggunakan alat pelindung mata dan wajah saat bekerja. Diharapkan juga angka kecelakaan kerja yang berdampak cedera mata bisa di minimalisasi secara optimal.
ANSI/ISEA Z87.1-2015 Eye and Face Protector Selection Guide
1. https://safetyequipment.org/wp-content/uploads/2015/06/Eye-and-Face-Selection-Guide-tool1.pdf

Referensi :

  • https://www.thevisioncouncil.org/sites/default/files/TVC_ANSI_Z87-1_2015_Overview_v2.pdf
  • https://www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_document?p_table=STANDARDS&p_id=9778&p_text_version=FALSE
  • http://webstore.ansi.org/RecordDetail.aspx?sku=ANSI%2fISEA+Z87.1-2015

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
Andry Kurniawan, SKM.,MKKK.
"Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More info: Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com, CP : (+62)81219662291
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme



Kelelahan (Fatique)

Kelelahan (Fatique)
Merupakan masalah semua orang,
Impact focus pada performance kerja, kasus deficit sleep (Kurang Tidur), oleh beberapa pakar & referensi yang menjadi rujukan saya, causal factor- nya dihubungkan dengan kejadian besar (scale large events) seperti Exxon Valdez (Oil Spill) & Chernobyl ( Nuclear Accident), di Indonesia beberapa kecelakaan di sektor pertambangan hampir sebagian besar dikaitkan dengan masalah ini.

Hal ini perlu menjadi perhatian, dimana jika pekerja terus-menerus mengalami kelelahan mungkin akibat daru kurang tidur, bekerja dalam periode yang panjang, beban kerja yang berat baik dari segi mental & fisik, dsb. hal tersebut dapat berdampak pada tempat kerja, public road dan relationship.

Ada 2 Jenis Kelelahan : Acute Fatigue & Chronic Fatigue
  • Acute Fatigue --- Kurang tidur (Jangka Pendek) dari periode singkat pekerjaan fisik/mental yang berat dan biasanya akan kembali normal jika pekerja istirahat istirahat yang cukup
  • Chronic Fatigue --- Constant, Keadaan parah dimana tidak dapat hilang dengan hanya istrihat yang cukup butuh additional treatment.

Perlu diperhatikan bahwa Fatigue is not just about sleep. kelelahan mental & fisik juga dapat mencegah anda untuk berfungsi secara normal. dalam beberapa referensi saya melihat ada 2 hal yang menjadi major focus-nya : Kurang Tidur & Kualitas Tidur sebagai faktor penyebabnya.

Tubuh anda terkadang memberikan tanda kapan saatnya anda untuk istirahat
Gejala umum
Secara fisik, tubuh anda memberikan tanda "I need more rest"
dengan membuat Anda merasa sebagai berikut:
Lelah, tertidur kecil (Micro Sleep), sakit kepala, mata berair dan merah yang menjadi sakit, sakit lebih sering sakit, tindakan yang tidak terkoordinasi.

Tanda- tanda mental & emosional :
Mudah tersinggung, mudah marah, sulit berkonsentrasi, merasa mudah terganggu, Kurang peringatan dari biasanya, Kurangnya motivasi, terasa 'malas'. memiliki waktu yang sulit bekerja sama atau berbicara dengan lain, ekstrem emosional, membuat keputusan yang salah, Tidak bisa memperhatikan.

Kelelahan dan Bahaya Tempat kerja
Penelitian menujukkan jumlah jam pekerja terjaga sama dengan efek minuman alkohol,
17 jam pekerja terjaga sama dengan meminum 1 gelas bir atau wine, 24 jam pekerja terjaga sama dengan meminum 3 gelas bir atau wine dalam 1 jam.

Risiko kecelakaan pun menjadi lebih tinggi bila orang bekerja dengan shift panjang atau semalaman.
Risiko kecelakaan meningkat 30% pada shfit malam keempat,  27.5% pada 12 shift jam dibandingkan 8 jam normal bekerja, Bekerja setidaknya 12 jam per hari adalah terkait dengan 37% peningkatan risiko terjadinya cidera.(sumber: https://www.internationalsos.com)

Apa yang menyebabkan anda mengalami kelelahan,
Apa yang bisa membuatnya menjadi lebih buruk?
Aktivitas fisik - terlalu banyak atau terlalu sedikit, tidak cukup tidur / istirahat, kebiasaan minum alkohol, pola makan yang buruk, beberapa obat yang dikonsumsi, kondisi kesehatan tertentu
stres emosional atau fisik, interval  yang pendek antara shift kerja, task yang berulang-ulang dapat mengintensifkan perasaan kelelahan

Tidur dan kinerja Anda
Setelah malam kurang tidur, orang sering:
Memiliki tingkat energi yang lebih rendah, konsentrasi kurang, tidak fokus, sering membuat keputusan yang buruk, Sebuah studi dari orang-orang yang tidak tidur selama 35 jam ditemukan, bahwa Sleep deprived people mendapatkan hasil yang buruk pada tes memori, mereka bersikeras mereka benar, bahkan ketika mereka salah dan kafein tidak meningkatkan nilai mereka.

Berapa banyak tidur yang saya butuhkan?

Jika Anda tidak cukup tidur dalam waktu 24 jam, tubuh Anda masuk ke 'Hutang Tidur (Sleep Debt)'.
Ini menuntut 'Pembayaran (Payment)' dengan gejala jangka pendek: Kelelahan, perubahan suasana hati, masalah dalam bekerja dan kurang fokus.

sleep debt begitu umumnya bagi sebagian orang mereka tidak mengetahui dan kurang memperhatikan, tidur yang terlalu banyak pada hari libur tidak serta merta membayar kembali sleep debt yang terakumulasi dalam beberapa hari, walaupun terkadang sebagian pekerja mengatakan merasa segar setelah hanya beberapa jam tidur tapi kinerja mereka dalam hasil tes menunjukkan bahwa mereka kurang tidur.

Gaya hidup dan tidur
kebiasaan gaya hidup sehat yang membantu Anda tetap fit, bebas kanker dan jantung sehat juga dapat membantu Anda tidur lebih baik.
  1. Olahraga  : Secara fisik orang yang aktif tertidur lebih mudah dan tidur lebih dalam & Pastikan untuk menyelesaikan latihan beberapa jam sebelum waktu tidur.
  2. Menghindari tembakau : Nikotin adalah stimulan adiktif - beberapa pengguna bangun untuk mendapatkan dosis, Non-perokok bernapas lebih baik, tidur lebih baik dan secara fisik rileks lebih baik.
  3. Tidak Meminum Alkohol : Alkohol membuat orang merasa lelah dan menghasilkan kualitas tidur yang sangat buruk.
Referensi :
https://www.internationalsos.com

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
Andry Kurniawan Amd SKM MKKK 
"Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More information: Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com/andry.kurniawan@halliburton.com
CP : (+62)81219662291Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme




Selasa, 31 Mei 2016

LOPA ( Layer of Protection Analysis), Chp 2

LOPA Chapter 2,
Alhamdulillah, diberikan kemudahan oleh Allah Azza wa Jalla untuk melanjutkan pembahasan mengenai LOPA berdasarkan sedikit pengetahuan saya dari berbagai referensi dan subject matter expert.

Sedikit refersh pada Chap.1 
LOPA merupakan studi yang dikembangkan atas dasar analisis identifikasi risiko seperti HAZOP, dimana tujuan dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi dan memastikan bahwa sistem kendali telah dikembangkan untuk setiap  potensi dampak dari risiko tertentu. hal ini dimulai dari kuantifikasi dari segala kemungkinan bahaya  dari sebuah proses. studi ini ditekankan pada bagaimana cara menganalisis sistem dan mengidentifikasi kemungkinan dari dampak suatu kondisi tertentu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dimana langkah sistem kendali terhadap bahaya diteliti, sehingga penanggulangan atau "Protective Layers" harus independen untuk menjadi efektif. Setiap jenis sistem kendali telah diidentifikasi dan potensi risiko telah dapat dikurangi tetapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah hal tersebut sekarang dapat ditoleransi?

LOPA pada umumnya diterapkan pada sistem serta pengamanan yang sudah terpasang atau digunakan dan analisis ini lebih cenderung untuk melihat suatu kelemahan pada sebuah sistem dan mengevaluasi risiko yang ditimbulkan.

Layer of Protection
Lapisan Perlindungan didefinisikan sebagai serangkaian elemen independen yang berhubungan dengan proses perancangan dan pemeliharaan. Sebagai contoh: Process (Inherently Safer Design), Process Design, BPCS, Alarm/Operator Action, Automatic Action (SIS o ESD), Active/Passive Protection (E.g. PPE), Plant Emergency Respons, Plant Emergency Procedure, Community Emergency Response, etc.

LOPA harus spesifik kasus per-kasus. Namun, faktanya tidak ada lapisan yang efektif dan sempurna sehingga dibutuhkan lapisan perlindungan tambahan yang harus disediakan untuk membuat risiko dapat ditoleransi, alternatif meliputi perancangan inheren yang aman dan dapat dievaluasi. Setiap modifikasi lapisan maka risiko dievaluasi, dengan perbedaan mitigation effect on likelihood or Severity. pada umumnya dampak/tingkat keparahan dari mitigation effect lebih tinggi untuk penanggulangan inherently or passive process design terutama pada peralatan mekanikal, elektronik dimana mereka harus mempertimbangkan dengan high level of reliability.

Penerapan LOPA, Step by step
Langkah-langkah dasar untuk penilaian risiko LOPA biasanya adalah

  1. Mengidentifikasi konsekuensi atau dampak
  2. Menentukan kriteria toleransi risiko
  3. Menentukan skenario kecelakaan yang relevan
  4. Menentukan frekuensi kejadian awal
  5. Mengidentifikasi kondisi dan memperkirakan PFD 
  6. Memperkirakan intermediate frequency of unmitigated consequence
  7. Mengidentifikasi IPLs dan memperkirakan probabilitas kegagalan pada setiap IPL
  8. Menentukan Frekuensi konsekuensi yang telah dikurangi
  9. Mengevaluasi kebutuhan IPL Tambahan
Langkah-langkah dasar dari metode ini adalah sebagai berikut
1. Mengidentifikasi konsekuensi:
Konsekuensinya, dalam studi LOPA, didefinisikan sebagai "konsekuensi potensial yang tidak diinginkan dari skenario kecelakaan". Akibatnya operator harus mempertimbangkan tidak hanya efek langsung atau tidak langsung pada karyawan, lingkungan, properti, material bahkan dampak terburuk terhentinya proses kegiatan perusahaan. Pada FMEA atau FTA, studi Lopa difokuskan pada event tertentu, atau lebih baik, skenario. Lopa biasanya diterapkan pada skenario tunggal diidentifikasi oleh Analisis Identifikasi Hazard. Analis Lopa (s) langkah pertama adalah untuk menyaring skenario kecelakaan potensial. Risiko skenario dapat dinilai secara kualitatif oleh tim HAZOP. metode skrining yang paling umum didasarkan pada peringkat konsekuensinya.

2.Determinate Kriteria Toleransi Risiko (RTC):
Setelah itu skenario yang tidak diinginkan telah diperiksa, secara kita dapat mengidentifikasi yang paling berbahaya? Ambang toleransi risiko harus diidentifikasi sesegera mungkin pada data yang dikumpulkan dari skenario yang berbeda. Untuk mengevaluasi tingkat risiko yang berbeda dari masing-masing skenario, sebuah Kriteria toleransi risiko baik harus diidentifikasi. RTC (Risk Tolerance Criteria) memberikan titik acuan untuk menilai status masing-masing skenario kecelakaan yang relevan.

Kriteria toleransi risiko dapat ditentukan oleh Risk Matrix (Frekuensi vs Severity), Maksimum Risiko yang diijinkan, Jumlah minimum dari IPLs untuk setiap skenario tertentu dan Maksimum risiko kumulatif  untuk a single node or area.



Untuk mencapai hasil yang konsisten, perusahaan harus menentukan kriteria toleransi risiko sebelum menerapkan LOPA. Tanpa kriteria toleransi risiko, ada kecenderungan untuk terus menambahkan perlindungan untuk setiap ide baru untuk perlindungan, di bawah asumsi yang salah bahwa keselamatan terus ditingkatkan. Sebuah skenario insiden, atau lebih baik, kejadian yang tidak direncanakan, penyebab atau urutan yang memicu peristiwa yang mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Setiap skenario ditandai dengan kejadian tunggal (single event), seperti FTA atau ETA.

Setiap Skenario disusun oleh setidaknya dua elemen:
Initiating event yang dimulai rantai utama kejadian dan 
Consequence yang dihasilkan jika rantai peristiwa terus tanpa gangguan (without any successfully working safeguard)

Kategori yang paling umum dari Initiating event  adalah 
(Plant event : General Equipment Failure, General Control Failure, Mechanical Failure, Corrosion, Maintenance Failure, Vibration Failure and etc) (Human Failures: General Human Error, Inexperience Failure, Procedure Failure, Maintenance Failure, Loading Failure, System Response Error and etc) (Other Event: External Elements, Earthquake, Hurricane, Flood or others natural Events and etc)

Jika single Initiating Event  menghasilkan beberapa konsekuensi, maka setiap konsekuensi harus dinilai dalam skenario yang berbeda yang kemudian menghasilkan beberapa analisis.

3. Initiating Event Frequency
Untuk memulai penilaian diperlukan frekuensi atau kemungkinan dari kejadian awal. biasanya, frekuensi diberikan oleh: sumber internal, sumber eksternal atau menghubungi produsen ketika frekuensi diperlukan dalam item tertentu. dalam beberapa kasus Initiating event dihasilkan dari beberapa sumber (multiple sources). dalam beberapa kasus pula semua frekuensi dari kejadian harus dipertimbangkan dan menggabungkannya dengan fungsi logika ("OR" seperti analisis FTA).

Frekuensi Initiating event adalah point penting dalam penelitian dan insial data awal yang dapat diandalkan serta dapat mempertahankan konsistensi penilaian. Frekuensi Initiating event biasanya dinyatakan dalam kejadian per tahun, tetapi banyal pula yang saya dapatkan pada unit lainnya menggunakan kejadian jam kerja per tahun atau kejadian per 8000 tahun. Sehingga tidak ada batasan tentang frekuensi unit yang digunakan tapi memastikan bahwa semua frekuensi dan faktor lainnya didasarkan pada skala yang sama.

di beberapa perusahaan telah menyediakan data standar sebagai referensi dan rujukan. dengan mechanical integrity, incident investigation procedures, termasuk kemampuan untuk mengumpulkan data dan menganalisa data sehingga kredibilitas data dari tingkat kegagalan dapat diperoleh.Jika data kegagalan dinyatakan sebagai probability of failure on demand (PFD), Initiating event harus diturunkan serta menggunakan estimasi jumlah kali per tahun dimana demand ditempatkan pada sistem atau orang dan biasanya agak sederhana menghitung jumlah waktu operation yang dilakukan per tahun dan mengalikan dengan PFD. Untuk peralatan, frekuensi Initiating event  dihitung dengan mengalikan PFD dengan jumlah peralatan (pump, compressor, seal, instrument) atau dengan panjang pipa (dengan asumsi dua nilai tidak saling bergantung).
Table: Typical failure rate data (LOPA/CCPS)
FailurePFD
pressure vessel residual failure10-7 < f < 10-5 per year
atmospheric tank failure10-5 < f < 10-3 per year
piping residual failure full breach10-8 < f < 10-7 per year and meter
piping residual failure 10% section10-6 < f < 10-5 per year and meter
Gasket/packing blow out10-6 < f < 10-2 per year
Pump seal failure10-2 < f < 10-1 per year
Unloading/loading hose failure10-2 < f < 10-0 per year
BPCS (loop failure)10-2 < f < 10-0 per year
Regulator failure10-1 < f < 10-0 per year
Operator (routine, well trained, unstressed, not fatiqued)10-3 < f < 10-1 per opportunity

4. Conditions, Conditional Modifiers
Analisis skenario itu perlu untuk dievaluasi pada setiap jenis kondisi yang dapat mengurangi atau memperburuk situasi seperti: Probability of Ignition, Probability of Presence of People, Probability of Escape, Probability of absence of Operator and others

Faktor-faktor tersebut memodifikasi tingkat kemungkinan dari kejadian awal atau tingkat konsekuensi.Mitigasi atau "aggravation factor" adalah satu-satunya faktor dari IPLs atau Kegagalan. Terutama mengingat penilaian harus dilakukan ahlinya agar mampu menghindari atas perkiraan efek mitigasi

5. Frequency of Unmitigated Events


6. Independent Protection Layer
Sebagai  independent Protection Layer ini dianggap sebagai perangkat, sistem atau tindakan yang mampu mencegah (sepenuhnya atau sebagian) skenario dari berkembangnya, terganggunya rantai peristiwa/kejadian yang tidak diinginkan. Penting, untuk IPL : perangkat tidak harus dimasukkan dalam studi sebagai layer. analisis dapat disederhanakan, LOPA diidentifikasi hanya sebagai sistem keselamatan independen atau barang atau prosedur yang efektif.

berikut ini agar dapat dipertimbangkan sebagai IPL, perangkat, sistem atau tindakan yang dapat memicu gangguan skenario. Jadi fitur utama yang diperlukan dari IPL adalah: Efektif, Independen dan dapat diaudit (keandalan tersebut juga harus dinilai)

Efektivitas dari IPL diukur dari segi PFD nya yang didefinisikan sebagai probabilitas bahwa IPL akan gagal untuk melakukan fungsi tertentu pada permintaan. IPL PFD adalah angka berdimensi antara 0 dan 1. Semakin kecil nilai IPL PFD, semakin besar penurunan frekuensi konsekuensi untuk memulai frekuensi peristiwa tertentu. nilai IPL PFD berkisar dari IPL terlemah ke IPL terkuat, nilai-nilai dari PFDs biasanya mengutip skala terdekatnya.

Typical probability of PFD values (acc. IEC 61511-3)
#Independent Protection LayerPFD
1Regulator10-1
2Pressure relief device10-2
3Operator response (educated, no stress)10-2
4Operator response (under high stress, average training)5 x 10-1 … 10-0
5Operator response to alarms and procedures (low stress, recognised event)10-1
6Inherent design of vessels with pressure10-4
Calculation :
Persamaan umum untuk penentuan frekuensi untuk skenario, dengan konsekuensi tertentu, itu adalah sebagai berikut:











Untuk mencapai tingkat akurasi yang tinggi dan kehandalan, PFDs harus dipilih dengan perhatian dan menghindari pengulangan serta memastikan langkah-langkah keamanan dapat bertindak sebagai penanggulangan untuk skenario.

To be Continue on Chp.3

Referensi :
https://www.youtube.com/watch?v=PF92NT-a338
https://www.youtube.com/watch?v=-FBiFbJsjFg

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
Andry Kurniawan Amd SKM MKKK 
"Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More information: Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com/andry.kurniawan@halliburton.com
CP : (+62)81219662291Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme



Jumat, 26 Februari 2016

LOPA ( Layer of Protection Analysis), Chp 1

LOPA ( Layer of Protection Analysis),
LOPA merupakan sebuah metode yang dikembangkan & disederhanakan dari penilaian risiko dan menyediakan jalan tengah yang tentunya sangat dibutuhkan antara proses analisis bahaya kuantitatif & kualitatif dimana umumnya menggunakan urutan kategori untuk Frequensi Kejadian, Tingkat keparahan Konsekuensi dan kemungkinan kegagalan lapisan perlindungan independen (IPLs) ke perkiraan risiko skenario, analisis ini dibangun di atas informasi yang dikembangkan oleh analisis kualitatif seperti PHA (Process Hazards Analysis). LOPA pada umumnya digunakan pada beberapa industri yang melibatkan berbagai macam proses dan bahan kimia yang mengadopsi filosofi dari Theory Swiss Cheese Models - James Reason, 1990. (Setiap tahapan dalam proses memiliki potensi untuk mengalami kegagalan, analogi yang dikembangkan adalah dengan setumpuk irisan keju swiss dimana mempertimbangkan setiap lubang pada masing-masing irisan sebagai "defensive layers" dalam proses. Kesalahan memungkinkan masalah melewati lubang di satu lapisan, tetapi di lapisan berikutnya lubang berada di tempat yang berbeda dengan variasi dimensi besar yang berbeda. Setiap lapisan adalah pertahanan terhadap potensi kesalahan yang berdampak hasilnya).



Tujuan dari Layer of Protection adalah sebuah upaya untuk menentukan apakah ada lapisan yang cukup untuk perlindungan terhadap sekenario kecelakaan yang mengakibatkan dampak yang luar biasa atau dengan kata lain untuk mengurangi tingkat resiko yang diprediksi untuk muncul dan dapat berpotensi untuk menciptakan suatu kecelakaan yang bersifat katastropik.


Dalam LOP ada 2 hal utama yang perlu diperhatikan, yaitu Initiating Event (pemicu terjadi hazards) dan Indepent Protection Layer (IPL) (safeguard atau dikenal juga dengan "pelindung"). Resiko dari suatu hazard dianalisis mulai dari Initiating Event hingga seberapa besar dampak memberikan probabilitas keparahan pada manusia, property, dan lingkungan. 

LOPA diterapkan setelah konsekuensi yang tidak dapat diterima dan penyebab kredibel ditentukan yang kemudian memberikan urutan besarnya perkiraan risiko dari skenario. Setelah sebab-akibat ditentukan untuk dianalisis, analis dapat menggunakan LOPA untuk menentukan teknik dan administrasi kontrol mana yang memenuhi definisi IPLs, dan kemudian memperkirakan bagaimana penurunan risiko dari scenario kecelakaan tersebut. Hasilnya kemudian dapat diperluas untuk membuat penilaian risiko dan untuk membantu analis memutuskan berapa banyak pengurangan risiko tambahan yang mungkin diperlukan untuk mencapai tingkat risiko yang dapat ditoleransi.

Indepent Protection Layer (IPL) tentunya dianalisis untuk menentukan seberapa besar tingkat kegagalan safeguard yang menjadi Indepent Protection Layer  pada saat menjalankan fungsinya sebagai lapisan pertahanan. Secara fungsi, safeguard yang dipilih sebagai Indepent Protection Layer  harus memiliki kriteria sebagai berikut Spesific, Independent, Dependable, Auditable

Indepent, Efektif dan Auditable Cara kerja Indepent Protection Layer sendiri dapat diilustrasikan sebagai berikut : Tingkat ketidakmampuan Indepent Protection Layer menjalankan fungsinya saat dibutuhkan dikenal dengan istilah Probability Failure on Demand (PFD) merupakan ukuran bagi Indepent Protection Layer, saat Indepent Protection Layer tersebut diaplikasikan sebagai safeguard / pelindung untuk mencegah dan/atau memitigasi resiko yang muncul dari initiating eventTingkat resiko suatu peristiwa yang dianalisis pada akhirnya merupakan perpaduan dari Initiating Event, Probability of Consequences, dan  Indepent Protection Layer

Bersambung pada pembahasan ke 2

Referensi :
https://www.youtube.com/watch?v=PF92NT-a338
https://www.youtube.com/watch?v=-FBiFbJsjFg
https://www.facebook.com/roslinormansyah.ridwan?fref=ts
http://www.aiche.org/academy/courses/ela109/layer-protection-analysis-lopa

Semoga Bermanfaat & Terima KasihAndry Kurniawan Amd SKM MKKK "Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", More information: Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com/andry.kurniawan@halliburton.comCP : (+62)81219662291Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme

Bagaimana membangun leadership K3

Sebuah paparan ringan tentang membangun Leadership K3 yang cukup menarik yang saya sengaja sadur dari Senior & Guru Besar - Praktisi OHS : Bpk Roslinormansyah Ridwan

Bagaimana membangun leadership K3
Persoalan terbesar dalam penerapan K3 di tempat kerja sebenarnya bukanlah masalah finansial tapi pada masalah kemampuan sumber daya manusia yang ada di lingkungan tempat kerja tersebut.Kenapa demikian ? Karena memang peran SDM selalu muncul dalam setiap insiden, entah itu peran langsung ataupun peran tak langsung.
Ada beberapa teori yang mengaitkan kemampuan ini dengan daya leadership dalam diri seseorang. Tapi disini penulis tidak menguraikan hal tersebut namun yang ingin ditekankan penulis adalah bagaimana membangkitkan daya leadership tersebut terutama untuk menciptakan lingkungan kerja yang minim resiko.
Scott Geller dalam bukunya "The Psychology of Safety Handbook" mengatakan bahwa risiko terbesar K3 dalam suatu lingkungan kerja adalah ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri untuk mencapai prinsip-prinsip K3. Kata kunci disini adalah ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri dan prinsip-prinsip K3.
Ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri menurut Schein - Organizational Culture and Leadership  dimaksud adalah sebagai belum berkembangnya daya leadership seseorang menurut pola yang telah disusun, diatur, dan dijalankan oleh organisasi agar diikuti oleh seluruh anggotanya. Sementara prinsip-prinsip K3 bila dijabarkan menurut Frank Bird - Practical Loss Control Leadership - dimaksud sebagai pelaksanaan semua daya manusia untuk menghindarkan segala hal dari semua bentuk kerugian yang ada.
Ada benang merah yang menarik antara pandangan Geller, Schein, dan Bird yaitu tentang adanya Pattern (Pola), Habitualization (Pembiasaan) & Measurement (Pengukuran) :
  1. Pattern (Pola), Pola merupakan hal mendasar dan kritikal dalam membangun daya leadership manusia. Setiap manusia sejatinya memiliki daya leadership ini namun bila manusia tersebut diberikan suatu model pola tertentu maka daya leadership yang muncul juga akan mengikuti pola tersebut. Pola kerap membangun persepsi lewat sistem kognitif manusia. Sebagai contoh : lampu lalu lintas yang hanya memberikan 3 pola (dalam hal ini dapat diartikan sbg jenis warna (warna merah, warna kuning, dan warna hijau) kepada kognisi untuk membangun persepsi pengendara kendaraan. Daya leadership pengendara (dari persepsinya sendiri) muncul merespon pola tersebut dengan cara menghentikan laju atau malah melajukan laju kendaraannya. Persepsinya akan memberikan gambaran hasil positif dan negatif atas respon dari leadership yang muncul tsb.Dalam organisasi, salah satu pola yang dikembangkan adalah siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) ada juga pola yang dikembangkan misalnya just culture (suatu pola yg menekankan aspek reporting hazard dan incident). Pola PDCA akan mengarahkan persepsi guna memicu daya leadership untuk melakukan perencaan dulu dalam kegiatan apapun terkait dengan K3(Plan), selanjutnya persepsi akan meminta daya leadersip untuk menjelaskan perencanaan itu kepada semua pihak dan menjalankan bersama semua pihak tersebut (Do), Check akan mendorong persepsi untuk menjalankan daya leadership melakukan pengawasan, dan Action akan menekan persepsi supaya daya leadership bertanggungjawab untuk melakukan evaluasi dan menentukan langkah perbaikan jika ada penyimpangan. Jadi jelas bahwa Pattern sangat menentukan persepsi dan persepsi akan membangkitkan daya leadership.Bagaimana organisasi melakukan pembiasaan tersebut adalah melalui penciptaan rules, norm, dan mechanism. Rules akan membuat daya leadership setiap karyawan terpicu untuk mengikuti apa yg telah organisasi tetapkan dan itu dibiasakan untuk dipatuhi setiap mereka datang ke organisasi tersebut. Sementara norm dan mechanism, membentuk persepsi DO dan DON'T yang pada akhirnya akan membawa daya leadership untuk menjalankan DO dan menghindari DON'T.
  2. Habitualization (Pembiasaan), Pembiasaan merupakan langkah kunci untuk membentuk leadership. Ivan Pavlov membuktikan lewat percobaannya bahwa dengan pembiasaan yang terpola (lagi-lagi Pola yang dikedepankan) maka akan menciptakan perilaku yang tepat. Perilaku adalah salah satu aspek leadership yang tampak dan terukur.
  3. Measurement (Pengukuran), Leadership has always a weakness without any measurement this kind of leadership will lead to disaster incident - Prof Andrew Hopkins dalam bukunya Disastrous Decisions. Daya leadership seseorang merupakan hal yang bisa diukur, terutama pada sisi sikap dan perilakunya. Pengukuran terhadap yang paling sederhana adalah menggunakan pendekatan "Write what you do and Do what you write". Pendekatan ini terasa sederhana sekali namun hampir semua perusahaan tidak ada yang mampu mencapai 100% mengenai hal tersebut. Bahkan yang terkadang yang fatal adalah apa yang tertulis justru itulah yang dilanggar sementara apa yang tidak tertulis itulah yang dijalankan. Kalau yang tidak tertulis kerap dijalankan maka sesungguhnya daya leadership orang tersebut sedang menyiapkan bencana besar sebab perilaku dan sikap tidak bisa diukur dan bila perilaku dan sikap tersebut tidak bisa diukur maka jangan pernah berharap ada perbaikan (improvement) yang terjadi. Dan ini sesuai dengan quote Prof Hopkins tersebut.
Sebenarnya dimensi membangkit dimensi daya leadership banyak aspeknya namun untuk kali ini penulis hanya memaparkan 3 hal yang penting berdasarkan pandangan ilmiah 3 orang tersebut.


Referensi :
https://www.facebook.com/roslinormansyah.ridwan/posts/10206059176899741

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
Andry Kurniawan Amd SKM (MKKK) "Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business", 
More information : Andryzsafe@yahoo.com/Andryzsafety@gmail.com/andry.kurniawan@halliburton.com
CP : (+62)81219662291
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme

Check This Out (2)

Check This Out (3)