Dalam Catatan Cak Roslinormansyah
Setiap insiden pasti muncul kalimat "lack of competency" atau kegagalan kompetensi dalam laporan hasil investigasi atas insiden tersebut. Ya, hampir semua insiden selalu ada peran kompetensi meski sesungguhnya para investigator insiden tersebut banyak yang "gagap" dalam menjelaskan kompetensi itu sebenarnya apa.
Baiklah sebelum dibahas lebih jauh mengenai bagaimana mengenalinya, ada baiknya kita kenali dulu definisi tentang kompetensi K3. Salah satu definisi kompetensi K3 yang menurut penulis cukup detail adalah definisi yang diberikan oleh universitas New Castle (HSE UK juga memiliki definisi yang serupa), yaitu: Health and safety competency is the ability of a person to successfully apply health and safety skills, knowledge and training in the context of their role and/or activities to enable him/her to perform a task safely. It includes being aware of hazards, risks and safe operating procedure
Ada 2 kata kunci dalam definisi kompetensi K3 diatas, yang antara lain :
Ability of person & Apply health and safety skill, knowledge, and training to perform task safely
- Ability of person : Ability of person atau kalau diterjemahkan secara bebas menjadi "kemampuan seseorang" mempunyai banyak makna dan maksud. Namun yang jelas bila membahas kemampuan seseorang atau lebih tepatnya kemampuan manusia selalu ada 2 hal yang menarik untuk dicermati, yaitu : pola pikir (mindset) dan motivasi. Pola pikir adalah apa yang dipersepsikan tentang sesuatu dan kemudian memberikan respon (tanggapan) sementara motivasi adalah sesuatu "mendorong" untuk menjalankan respon secara tepat, cepat, dan konsisten. Ini berarti bahwa membentuk kompetensi K3 sama artinya menanamkan pola pikir tentang "ultimate goal" dari K3 itu sendiri. Mengapa penulis menggunakan kalimat "menanamkan" dan tidak menggunakan kalimat "mengubah" ? Karena "menanamkan" memiliki makna "memberikan akar pengetahuan" dan biasanya berlokasi pada "alam bawah sadar" manusia. Sementara "mengubah" lebih pada sifatnya temporal karena umumnya sasarannya kebanyakan sifatnya "pemberitahuan". Contohnya : rambu dilarang parkir, pada kalimat "menanamkan" : pola pikir diajak untuk bertamasya memahami makna kenapa sebuah tanda dilarang parkir seperti itu dan kenapa suatu lokasi diberi tanda seperti itu, adakah sesuatu yang kritikal disana hingga diberikan tanda seperti itu, dan lain sebagainya. Pola pikir (atau cara berpikir) diajak untuk "membongkar" makna yang lebih detail dari sebuah tanda dilarang parkir. Sementara pada kalimat "mengubah" : tanda dilarang parkir "hanya" dijelaskan bahwa tanda itu memiliki "pesan" untuk tidak parkir ditempat itu dan tanpa disertai penjelasan makna yang lebih detail lagi. Ini adalah jebakan pertama dalam kompetensi K3. Motivasi adalah "kendaraan" dari pola pikir. Tanpa motivasi, pola pikir hanyalah "bahan bakar" yang tak bermakna apa-apa. Motivasi kerap berhubungan aktifitas punishment-reward. Memupuk aktifitas punishment-reward tanpa disertai dengan membangun "kebiasaan men-challenge" hanya akan membuat motivasi menjadi "up and down" dan susah untuk konsisten. Kemampuan manusia untuk mengeksekusi K3 butuh motivasi yang konsisten. Punishment-reward adalah jebakan kedua dalam membangun kompetensi K3.
- Appy health and safety skill, knowledge, and training to perform task safely : Ciri lain dari kompetensi, termasuk kompetensi K3, adalah kemampuan untuk menerapkan keahlian (skill), pengetahuan (knowledge), dan apa yang sudah dilatihkan (training). Menerapkan berarti menjalankan apa yang sudah dirancang dan merekayasa kondisi yang ada agar sesuai dan mendukung dengan apa yang dirancang tersebut.Kompetensi K3 tidak hanya sekedar mampu menerapkan prinsip-prinsip K3 (freedom from unacceptable risk) tapi juga mewajibkan untuk ber-inovasi bagaimana bila kondisi tidak sesuai dan tidak mendukung apa-apa yang telah dirancang untuk menciptakan "freedom from unacceptable risk" pada kondisi tersebut.Kompetensi K3 dalam definisi diatas juga dapat dimaknai bahwa seseorang yang memiliki kompetensi K3 harus melihat risiko itu secara dinamis, oleh karenanya pengendalian atas risiko juga dinamis. Pada makna ini dapat diartikan bahwa maka seorang yang berkompeten tentang K3 harus mampu berinovasi atas kondisi dan situasi yang dihadapi guna "meredam" kedinamisan risiko. Mengabaikan inovasi dalam skill, knowledge, dan training akan menjadikan seseorang yang berkompetensi K3 seperti robot. Tanpa membangun kemampuan berinovasi maka kompetensi K3 ibarat badan tanpa "ruh". Ketiadaan inovasi inilah yang penulis sebut sebagai jebakan ketiga dalam kompetensi K3.
Menurut Pendapat Saya dalam pengertian awam saya,
Pada dasarnya Komptensi K3 dalam arti estimologi diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Kerja (PKS) berdasarkan standard performa yg ditetapkan. artinya terdapat Variabel Ukur berdasarkan Standard Performa yang dalam arti lain adalah unjuk kerja.
Penerapan SMK3 berbasis Kompetensi akan meningkatkan efektifitas dalam implementasinya sehingga akan mempengaruhi peningkatan kinerja K3 Di Tempat Kerja. Oleh Karena itu basis standar kompetensi masih dinilai tidak cukup untuk menciptakan SDM Berkualitas dimana standar kinerja tidak diterapkan yaitu PTA (Pengalaman, Tanggung-jawab & Akuntabilitas).
jika di formulakan secara sederhana : SDM Berkualitas = PKS (Standard Kompetensi) + PTA (Standard Kinerja) = Efektifitas Penerapan K3 Di TK
Terkait Ability Person, tentunya hal ini tidak dapat di tolak, faktor person menjadi kunci didalam organisasi dimana Mind-set mereka mempunyai peranan penting dalam mengarahkan target objektifitas dari organisasi tersebut. Mind-Set + Kompetensi = Safe Behavior & Mind-Set + Knowledge = Presepsi, Merubah physicology aspect (What they think & feel about safety)= "Hearts + Minds" bukan perkara mudah apalagi bila dalam komunitas yang heterogen butuh proses yang panjang sehingga nilai-nilai/norma/keyakinan dapat diterima. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah Behavioural Aspect " What people do to improve safety" = "Daily Action" serta aspect lain yaitu Situational Aspect "What organization does to control safety" = safety guidelines. Anteseden dalam organisasi & Group Safety Climate membentuk safety knowledge, safety motivation and expectation outcomes = SAFETY BEHAVIOR. Pada kondisi real & faktanya adalah Punishment + Rewards menimbulkan konsekuensi/dampak bagi physicology aspect akan tetapi beberapa penelitian mengatakan bahwa Punishment + Rewards merupakan bagian dari anteseden yang digunakan perusahaan untuk mendorong motivasi & ekpektasi yang diharapkan.
Appy health and safety skill, knowledge, and training to perform task safely toh pada akhirnya ini yang akan dilakukan pada tatanan Behavioural Aspect " What people do to improve safety" = "Daily Action", Perlu dipahami bahwa kadang kita lupa bahwa terdapat 5 dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh semua induvidu (Moeheriono, 2009:15) yaitu :
Sangat Penting peranan SDM yang kompeten dibidang K3 dalam membantu penerapan K3 dalam rangka pencegahan kerugian / "Loss Prevention" & Mendorong efektifitas pekerja agar dapat lebih produktif dalam peningkatan nilai tambah pada 'Output" yang dihasilkan.
Oh ych tentunya peranan leadership pada 3 aspect tadi sangat penting. Inshaa Allah nanti kita bicarakan ych kedepan.
Semoga Bermanfaat,
Thank you in advance for your kind attention
if any comment are welcome &
If you need details information don’t hesitate to call me.
Dont Forget to follow my Blog & Subscribe, Please :-)
Have a safe day's & keep working safely.
Best Regards,
Andry Kurniawan, SKM.,MKKK.
Appy health and safety skill, knowledge, and training to perform task safely toh pada akhirnya ini yang akan dilakukan pada tatanan Behavioural Aspect " What people do to improve safety" = "Daily Action", Perlu dipahami bahwa kadang kita lupa bahwa terdapat 5 dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh semua induvidu (Moeheriono, 2009:15) yaitu :
- Keterampilan menjalankan tugas (Task-skills), yaitu keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas rutin sesuai dengan standar di tempat kerja;
- Keterampilan mengelola tugas (Task management skills), yaitu keterampilan untuk mengelola serangkaian tugas yang berbeda yang muncul di dalam pekerjaan;
- Keterampilan mengambil tindakan (Contingency management skills), yaitu keterampilan mengambil tindakan yang cepat dan tepat bila timbul suatu masalah di dalam pekerjaan;
- Keterampilan bekerja sama (Job role environment skills), yaitu keterampilan untuk bekerja sama serta memelihara kenyamanan lingkungan kerja;
- Keterampilan beradaptasi (Transfer skill), yaitu keterampilan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru.
Sangat Penting peranan SDM yang kompeten dibidang K3 dalam membantu penerapan K3 dalam rangka pencegahan kerugian / "Loss Prevention" & Mendorong efektifitas pekerja agar dapat lebih produktif dalam peningkatan nilai tambah pada 'Output" yang dihasilkan.
Oh ych tentunya peranan leadership pada 3 aspect tadi sangat penting. Inshaa Allah nanti kita bicarakan ych kedepan.
Semoga Bermanfaat,
Thank you in advance for your kind attention
if any comment are welcome &
If you need details information don’t hesitate to call me.
Dont Forget to follow my Blog & Subscribe, Please :-)
Have a safe day's & keep working safely.
Best Regards,
Andry Kurniawan, SKM.,MKKK.
"Coming together is a beginning, Keeping together is progress., Working together is success“ Safety not only about knowledge and how to manage risk it’s about needed because safety is everybody business",
More info: Andryzsafety@gmail.com CP : (+62)812-1966-2291.
Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya. budayakan menulis karya ilmiah tanpa plagiarisme.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus